Selasa, 10 September 2013

Akibat Memecat Karyawan Berhijab

Seorang hakim di San Francisco memutuskan bahwa perusahaan retail pakaian trendi Abercrombie & Fitch dinyatakan bersalah karena memecat seorang pegawai Muslim yang bersikeras mengenakan hijab.
Hakim Distrik Amerika Serikat Yvonne Gonzalez Rogers mengatakan perusahaan itu melanggar hukum anti-diskriminasi saat pihaknya memecat Hani Khan dari toko Hollister-nya di San Mateo, California pada 2010, Rogers mengeluarkan keputusan itu pada Selasa.

Perusahaan itu mengklaim bahwa hijab melanggar kebijakannya yang mengatur busana para karyawannya, yang mengatakan hal itu bagian dari strategi pemasarannya. Toko itu berpendapat bahwa pelanggaran dari kebijakan busananya akan mempengaruhi penjualan.

Namun hakim itu mengatakan Abercrombie & Fitch tidak memberikan “bukti yang kredibel” bahwa hijab Khan merugikan semua penjualan perusahaan tersebut.

“Abercrombie hanya memberikan pernyataan opini tak berdasar atas pegawainya sendiri guna mendukung klaimnya atas hambatan yang tidak semestinya dilakukan,” kata Rogers.

Equal Employment Opprtunity Commission Amerika Serikat mengajukan gugatan atas nama Khan pada 2011.


“Abercrombie & Fitch tidak boleh mendiskriminasikan berdasarkan agama dan kami memberikan akomodasi religius ketika masuk akal,” ujar juru bicara Bruce MacKenzie. “Itu merupakan kebijakan kami untuk tidak mengomentari penundaan yang mencolok.” 

Sebuah persidangan atas pertanggungjawaban perusahaan itu dijadwalkan pada bulan ini. Hakim mengatakan para juri bebas untuk memberikan vonis kompensasi jika pihaknya memilih.

Itu merupakan dakwaan diskriminasi kepegawaian terbaru terhadap kebijakan perusahaan itu yang disebut “kebijakan busana” yang para pengkritik mengatakan menggambarkan mayoritas orang berkulit putih, muda, terlihat atletik. Perusahaan dari New Albany, Ohio itu mengatakan pihaknya tidak menoleransi diskriminasi. 

Abercrombie sudah menjadi target sejumlah gugatan diskriminasi, termasuk tuntutan federal yang diajukan para pegawai kulit hitam, Hispanik dan Asia serta para pelamar yang berakhir dengan kompensasi $40 juta pada 2004 (sekitar Rp450,6 miliar). Perusahaan itu mengaku tidak melakukan kesalahan, walaupun pihaknya terpaksa untuk menerapkan program dan kebijakan baru guna meningkatkan keberagaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar